Sunday, February 5, 2017

Makalah Sosiologi Agama



KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik, hidayah serta inayah-Nya, sehingga semua pembaca masih bisa beraktifitas sebagaimana mestinya, begitupun dengan penyususun makalah ini. Sehingga dapat tersusun makalah dengan judul “Hubungan Agama dengan Stratifikasi Sosial”.
Makalah ini berisi tentang penjelasan, definisi stratifikasi social, latar belakang terjadinya stratifikasi social, dasar stratifikasi sosial,unsur-unsur lapisan masyarakat, lapisan yang sengaja disusun, mobilitas sosial(social mobility), dampak stratifikasi, perlunya sistem lapisan masyarakat, hubungan agama dengan stratifikasi sosial, bagian akhir dari hubungan agama dengan stratifikasi sosial.
Terimakasih penyususn ucapkan kepada rekan seperjuangan yang telah membantu, baik langsung berupa perbuatan dan juga tak langsung berupa doa untuk penyusunan makalah ini, sehingga dapat terselesaikan tepat waktu. Paling utama terimakasih penyusun ucapkan kepada dosen mata kuliah Sosiologi Agama, Fahim Tharaba yang telah membimbing penyusun sehingga makalah ini dapat tersususn denga insyaallah baik dan benar.
Harapan penyusun, dengan tersusunnya makalah “Hubungan Agama dengan Stratifikasi Sosial” dapat memberikan manfaat, serta memperluas pengetahuan tentang hubungan agama dengan stratifikasi sosial tersebut untuk pembaca dan penyusunnya. Kemudian, penyusun kembali pada fitrah manusia yang tak pernah lepas dari salah dan dosa juga jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu pula penyusun meminta maaf bila terdapat kekurangan dalam makalah ini. Tak lupa untuk memperbaiki kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini penyususn juga meminta kritik dan saran atas makalah ini.
Malang, 03 Oktober 2016
Penyusun        


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan beragam suku bangsa, budaya dan agama yang tersebar dari sabang sampai merauke.Keanekaragaman yang ada di Indonesia membuat Indonesia dikenal sebagai Negara majemuk.Keanekaragaman yang dimiliki Indonesia antara lain tertuang dalam berbagai kepercayaan atau agama yang dipercaya masyarakat. Dari berbagai agama yang dianut masyarakat Indonesia terdapat 6 agama yang diakui Negara sebagai agama yang sah antara lain Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu.
Agama sebagimana dikatakan oleh ahli sosiolog merupakan suatu pandangan hidup yang harus diterapkan dalam kehidupan individu ataupun kelompok. Keduanya mempunyai hubungan saling mempengaruhi dan saling bergantung dengan semua faktor yang ikut membentuk struktur sosial di masyarakat mana pun. Sedang diposisi lain manusia yang hidup secara berkelompok akan banyak sekali permasalahan-permasalahan ataupun gejala-gejala sosial yang timbul dalam keseharianya. Salah satunya ialah munculnya sesuatu yang dihargainya, selama manusia masih mempunyai sesuatu yang dihargainya dan sesutu yang dihargainya tersebut mutlak dimiliki oleh masyarakt, maka sistem pelapisan masyarakat akan muncul. Inilah salah satu bibit dimana munculnya stratifikasi sosial dimasyarakat.[1]
Lebih lanjut, dijelaskan sistem berlapis-lapis dalam suatu masyarakat, dalam sosiologi dikenal dengan istilah social stratisfication (stratifikasi sosial). Katastratisfication berasal dari stratum (jamaknya: strata yang berarti lapisan). Mengenai istilah ini, Soekanto mengutip Pitirim A. Sorokin dalam menjelaskan definisinya. Di mana disebutkan bahwa yang dimaksud dengan social stratisfication adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (secara hirarkis). [2]
Dalam masyarakat Indonesia ternyata terdapat stratifikasi atau tingkatan dalam keagamaan. Dalam sebuah agama saja antara umat satu dengan umat lainnya diuangap memiliki tingkatan atau kedudukan sosial yang berbeda dengan umat yang lainnya, padahal mereka menganut agama yang sama. Inilah yang akan coba kita angkat pada pembahasan kali, kiranya pembahasan ini juga menarik untuk dikaji karena dalam realitanya kita juga sering menemukan hal-hal senacam ini.

1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan


Pengertian Agama

Agama dari segi etimologi terdiri atas dua kata dari bahasa sansekerte yaitu A dan Gama. A berarti tidak dan Gama itu berarti kacau jadi agama adalah tidak kacau. Agama pada dasarnya adalah sikap dasar manusia yang seharusnya kepada Tuhan.
Pengertian agama menurut KBBI bahwa agama adalah suatu sistem yang telah mengatur segala tata keimanan atau kepercayaan dan peribadatan kepada hanya untuk Tuhan yang maha kuasa beserta kaidahnya berkaitan dengan adanya pergaulan manusia kepada manusia yang lainnya.
Agama mengungkapkan akan diri di dalam sembah dan bakti sepenuh hati hanyalah kepada Tuhan. Berbeda dengan iman yang memang didasarkan pada pewahyuan Tuhan, agama sebenarnya adalah hasil usaha dari manusia, yang telah dikembangkan dalam rangka untuk mengatur berbagai hal yang berhubungan dengan pengungkapan iman. Dengan demikian agama itu tidak sama dengan iman, karena seseorang yang beragama barulah merupakan sebuah awal dari perjalanan panjang yang mesti dilaluinya dalam mengarungi dunia rohani yang tiada batasnya. Disebutkan tiada batasnya karena yang namanya perjalanan rohani terutama yang berhubungan dengan sesuatu yang gaib atau transenden. Iman menjadi sebuah tanggapan atau jawaban manusia atas perwahyuan dari Tuhan; sedangkan bagaimana dengan jawaban manusia ini akan dikembangkan, diteruskan dan disebarluaskan secara turun-temurun didalam berbagai kegiatan kerohanian, itulah yang sudah diatur dalam agama. Jadi agama itu lebih menjadi suatu lembaga atau wadah yang mempersatukan dan mengatur segala aktivitas yang berhubungan dengan penghayatan dan pengungkapan iman kepada Tuhan. Dengan pengertian tersebut maka tidak berarti yang namanya agama yang hanya berhubungan dengan hal yang mengarah vertikal saja sementara untuk aspek horizontalnya atau hubungan kepada sesama itu diabaikan.[3]
Agama sangat jelas dilihat mempunyai ciri sosial yang sangat begitu luas dan sangat dalam. Agama adalah sebuah ruang tempat atau institusi dan penghayatan atas dimensi sosial yang dari iman kepada Tuhan.[4]
Berikut terdapat pengertian agama menurut para ahli berdasarkan pengkajian ilmiahnya(Majid, 2008);[5]
a.       Menurut Thomas F.O. Dia menggunakan definisi yang banyak dipakai dalam teori fungsional. Agama adalah suatu pendayagunaan terhadap sarana-sarana supra empiris untuk maksud-maksud nonempiris atau supra empiris.
Dalam definisi tersebut sangat terasa bahwa pendayagunaan sarana-sarana supra empiris itu hanya semata-mata ditujukan untuk kepentingan supra empiris saja. Seakan-akan orang yang beragama hanyalah perlu mementingkan kebahagiaan akhirat dan lupa akan kebutuhan mereka yang ada di dunia mereka sekarang ini. Hal tersebut tidak sesuai dengan pengalaman. Banyak orang yang telah berdoa kepada Tuhan untuk kebutuhan sehari-hari yang dirasa tidak akan tercapai hanya dengan mengandalkan kekuatan manusia sendiri. Misalnya menjelang ujian maka banyak anak sekolah berdoa untuk bisa lulus ujian. Tidak sedikit orang yang memohon Misa Kudus untuk meraih keberhasilan dalam usaha. Sedang keluarga yang anggotanya sedang ditimpa sakit akan memohon kesembuhan.
b.      Menururt J. Milton Yinger menyatakan bahwa agama sebagai suatu sistem kepercayaan dan praktek dengan nama suatu masyarakat atau kelompok manusia yang berjaga-jaga untuk menghadapi masalah yang terakhir dari hidup ini.
c.       Menurut Joachim Wach, aspek yang butuh diperhatikan dengan khusus ialah pertama unsur teoretisnya, bahwa agama adalah sistem kepercayaan. Kedua, unsur praktis bahwa agama adalah suatu sistem kaidah yang dapat mengikat yang menjadi penganutnya. Ketiga, pada aspek sosiologisnya bahwa agama memiliki hubungan dan interaksi sosial. Pada hematnya bahwa jika salah satu unsur tersebut tidak terpenuhi maka orang tersebut tidak bisa berbicara mengenai agama, akan tetapi hanya ada kecenderungan religius.
Didalam hubungan ini dapat kita pertanyakan mengenai apakah sejumlah “isme” yang telah dikenal secara luas yaitu agama. Jelasnya yaitu: Komunisme, Sekularisme, Nasionalisme, Kebatinan, kepercayaan terhadap ratu adil dan lain-lain. Atas segala pertanyaan dari para sarjana yakni Elisabeth Nothingham kemudian menjawab bahwa “isme-isme” yang ada diatas bisa dimasukkan dalam kategori pengertian agama, tapi dengan catatan bahwa itu semua bukanlah agama “supra-empiris”(Agama wahyu) akan tetapi itu hanyalah “agama sekular”
d.      Menurut Nikolas Luhmann, bahwa aspek yang mesti diperhatikan mengenai definisi agama adalah pada aspek fungsionalnya. Dia melihat bahwa agama terutama menjadi sebagai suatu cara dengan memiliki nama atas suatu fungsi yang khas dimana dimainkan didalam situasi evolusioner yang dapat berubah secara terus menerus.
e.       Menurut Parsons dan Bellah, agama adalah suatu tingkat yang paling tinggi dan terpaling umum dari kebudayaan manusia.
f.       Menurut Anthony F.C . Wallace bahwa agama adalah sebagai perangkat upacara yang diberikan rasionalisasi melalui adanya mitos dan menggerakkan sebuah kekuatan supranatural dengan memiliki maksud agar dapat tercapainya perubahan kondisi pada alam semesta dan manusia.
g.      Menurut Luckmann bahwa agama adalah suatu kemampuan organisme manusia agar bisa mengangkat alam biologisnya dapat melalui pembentukan alam-alam maknawi yang objektif, mempunyai daya ikat moral dan serba melingkupi.
Unsur-unsur agama
Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa unsur pokok:[6]
·         Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada keraguan lagi
·         Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut umatnya.
·         Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan-Nya, dan hubungan horizontal atau hubungan antarumat beragama sesuai dengan ajaran agama
·         Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang dialami oleh penganut-penganut secara pribadi.
·         Umat beragama, yakni penganut masing-masing agama
Kemudian menurut Ajat Sudrajat, dkk(2008), Unsur-unsur yang ada dalam sebuah agama:
1.      Adanya keyakinan pada yang gaib.
2.      Adanya kitab suci sebagai pedoman
3.      Adanya rasul pembawanya.
4.      Adanya ajaran yang bias dipatuhi.
5.      Adanya upacara ibadah yang standar

Dapus
Buku Sosiologi Agama yang dikarang oleh Drs. D. HendroPuspito, O.C. Penerbit Kanisius. Jakarta. 1983
Buku Islam, Kemodernan, dan Keindonesian yang dikarang oleh Nurcholis Majid pada tahun 2008, Bandung. Penerbit PT mizan pustaka.
Sudrajat Ajat, dkk. 2008. Din Al-Islam. Yogyakarta: UNY press


[1] Soerjono Soekanto, Sosiologi; Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers, 1987, hlm. 203
[2] Ibid. Hlm. 204
[3] Hendro Puspito. 1983. Sosiologi Agama. Jakarta:Karnisisus
[4] Ibid
[5] Nurcholis Majid. 2008. Islam, Kemodernan dan Keindonesiaan. Bandung: PT Mizan Pustaka
[6] https://id.wikipedia.org/wiki/Agama#Definisi_menurut_beberapa_ahli

No comments:

Post a Comment