KATA PENGANTAR
Puji
syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik,
hidayah serta inayah-Nya, sehingga semua pembaca masih bisa beraktifitas
sebagaimana mestinya, begitupun dengan penyususun makalah ini. Sehingga dapat
tersusun makalah dengan judul “Hubungan Agama dengan Stratifikasi Sosial”.
Makalah
ini berisi tentang penjelasan, definisi stratifikasi social, latar belakang
terjadinya stratifikasi social, dasar stratifikasi sosial,unsur-unsur lapisan
masyarakat, lapisan yang sengaja disusun, mobilitas sosial(social mobility),
dampak stratifikasi, perlunya sistem lapisan masyarakat, hubungan agama dengan
stratifikasi sosial, bagian akhir dari hubungan agama dengan stratifikasi
sosial.
Terimakasih penyususn ucapkan kepada rekan seperjuangan
yang telah membantu, baik langsung berupa perbuatan dan juga tak langsung
berupa doa untuk penyusunan makalah ini, sehingga dapat terselesaikan tepat
waktu. Paling utama terimakasih penyusun ucapkan kepada dosen mata kuliah
Sosiologi Agama, Fahim Tharaba yang telah membimbing penyusun sehingga makalah
ini dapat tersususn denga insyaallah baik dan benar.
Harapan penyusun, dengan tersusunnya makalah “Hubungan Agama dengan Stratifikasi Sosial” dapat memberikan manfaat,
serta memperluas pengetahuan tentang hubungan agama dengan stratifikasi sosial
tersebut untuk pembaca dan penyusunnya. Kemudian, penyusun kembali pada fitrah
manusia yang tak pernah lepas dari salah dan dosa juga jauh dari kesempurnaan.
Oleh sebab itu pula penyusun meminta maaf bila terdapat kekurangan dalam
makalah ini. Tak lupa untuk memperbaiki kesalahan dan kekurangan dalam makalah
ini penyususn juga meminta kritik dan saran atas makalah ini.
Malang, 03 Oktober 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan
dengan beragam suku bangsa, budaya dan agama yang tersebar dari sabang sampai
merauke.Keanekaragaman yang ada di Indonesia membuat Indonesia dikenal sebagai
Negara majemuk.Keanekaragaman yang dimiliki Indonesia antara lain tertuang
dalam berbagai kepercayaan atau agama yang dipercaya masyarakat. Dari berbagai
agama yang dianut masyarakat Indonesia terdapat 6 agama yang diakui Negara
sebagai agama yang sah antara lain Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan
Konghucu.
Agama sebagimana dikatakan oleh ahli
sosiolog merupakan suatu pandangan hidup yang harus diterapkan dalam kehidupan
individu ataupun kelompok. Keduanya mempunyai hubungan saling mempengaruhi dan
saling bergantung dengan semua faktor yang ikut membentuk struktur sosial di
masyarakat mana pun. Sedang diposisi lain manusia yang hidup secara berkelompok
akan banyak sekali permasalahan-permasalahan ataupun gejala-gejala sosial yang
timbul dalam keseharianya. Salah satunya ialah munculnya sesuatu yang
dihargainya, selama manusia masih mempunyai sesuatu yang dihargainya dan sesutu
yang dihargainya tersebut mutlak dimiliki oleh masyarakt, maka sistem pelapisan
masyarakat akan muncul. Inilah salah satu bibit dimana munculnya stratifikasi
sosial dimasyarakat.[1]
Lebih lanjut, dijelaskan sistem
berlapis-lapis dalam suatu masyarakat, dalam sosiologi dikenal dengan
istilah social stratisfication (stratifikasi sosial). Katastratisfication berasal
dari stratum (jamaknya: strata yang berarti lapisan). Mengenai
istilah ini, Soekanto mengutip Pitirim A. Sorokin dalam menjelaskan
definisinya. Di mana disebutkan bahwa yang dimaksud dengan social
stratisfication adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara bertingkat (secara hirarkis). [2]
Dalam masyarakat Indonesia ternyata
terdapat stratifikasi atau tingkatan dalam keagamaan. Dalam sebuah agama saja
antara umat satu dengan umat lainnya diuangap memiliki tingkatan atau kedudukan
sosial yang berbeda dengan umat yang lainnya, padahal mereka menganut agama yang
sama. Inilah yang akan coba kita angkat pada pembahasan kali, kiranya
pembahasan ini juga menarik untuk dikaji karena dalam realitanya kita juga
sering menemukan hal-hal senacam ini.
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan
Pengertian Agama
Agama dari
segi etimologi terdiri atas dua kata dari bahasa sansekerte yaitu A dan Gama. A
berarti tidak dan Gama itu berarti kacau jadi agama adalah tidak kacau. Agama
pada dasarnya adalah sikap dasar manusia yang seharusnya kepada Tuhan.
Pengertian
agama menurut KBBI bahwa agama adalah suatu sistem yang telah mengatur segala
tata keimanan atau kepercayaan dan peribadatan kepada hanya untuk Tuhan yang
maha kuasa beserta kaidahnya berkaitan dengan adanya pergaulan manusia kepada
manusia yang lainnya.
Agama
mengungkapkan akan diri di dalam sembah dan bakti sepenuh hati hanyalah kepada
Tuhan. Berbeda dengan iman yang memang didasarkan pada pewahyuan Tuhan, agama
sebenarnya adalah hasil usaha dari manusia, yang telah dikembangkan dalam
rangka untuk mengatur berbagai hal yang berhubungan dengan pengungkapan iman.
Dengan demikian agama itu tidak sama dengan iman, karena seseorang yang
beragama barulah merupakan sebuah awal dari perjalanan panjang yang mesti
dilaluinya dalam mengarungi dunia rohani yang tiada batasnya. Disebutkan tiada
batasnya karena yang namanya perjalanan rohani terutama yang berhubungan dengan
sesuatu yang gaib atau transenden. Iman menjadi sebuah tanggapan atau jawaban
manusia atas perwahyuan dari Tuhan; sedangkan bagaimana dengan jawaban manusia
ini akan dikembangkan, diteruskan dan disebarluaskan secara turun-temurun
didalam berbagai kegiatan kerohanian, itulah yang sudah diatur dalam agama.
Jadi agama itu lebih menjadi suatu lembaga atau wadah yang mempersatukan dan
mengatur segala aktivitas yang berhubungan dengan penghayatan dan pengungkapan
iman kepada Tuhan. Dengan pengertian tersebut maka tidak berarti yang namanya
agama yang hanya berhubungan dengan hal yang mengarah vertikal saja sementara
untuk aspek horizontalnya atau hubungan kepada sesama itu diabaikan.[3]
Agama
sangat jelas dilihat mempunyai ciri sosial yang sangat begitu luas dan sangat
dalam. Agama adalah sebuah ruang tempat atau institusi dan penghayatan atas
dimensi sosial yang dari iman kepada Tuhan.[4]
Berikut
terdapat pengertian agama menurut para ahli berdasarkan pengkajian ilmiahnya(Majid,
2008);[5]
a.
Menurut Thomas F.O. Dia menggunakan definisi
yang banyak dipakai dalam teori fungsional. Agama adalah suatu pendayagunaan
terhadap sarana-sarana supra empiris untuk maksud-maksud nonempiris atau supra
empiris.
Dalam definisi tersebut sangat terasa bahwa
pendayagunaan sarana-sarana supra empiris itu hanya semata-mata ditujukan untuk
kepentingan supra empiris saja. Seakan-akan orang yang beragama hanyalah perlu
mementingkan kebahagiaan akhirat dan lupa akan kebutuhan mereka yang ada di
dunia mereka sekarang ini. Hal tersebut tidak sesuai dengan pengalaman. Banyak
orang yang telah berdoa kepada Tuhan untuk kebutuhan sehari-hari yang dirasa
tidak akan tercapai hanya dengan mengandalkan kekuatan manusia sendiri.
Misalnya menjelang ujian maka banyak anak sekolah berdoa untuk bisa lulus
ujian. Tidak sedikit orang yang memohon Misa Kudus untuk meraih keberhasilan
dalam usaha. Sedang keluarga yang anggotanya sedang ditimpa sakit akan memohon
kesembuhan.
b.
Menururt J. Milton Yinger menyatakan bahwa
agama sebagai suatu sistem kepercayaan dan praktek dengan nama suatu masyarakat
atau kelompok manusia yang berjaga-jaga untuk menghadapi masalah yang terakhir
dari hidup ini.
c.
Menurut Joachim Wach, aspek yang butuh
diperhatikan dengan khusus ialah pertama unsur teoretisnya, bahwa agama adalah
sistem kepercayaan. Kedua, unsur praktis bahwa agama adalah suatu sistem kaidah
yang dapat mengikat yang menjadi penganutnya. Ketiga, pada aspek sosiologisnya
bahwa agama memiliki hubungan dan interaksi sosial. Pada hematnya bahwa jika
salah satu unsur tersebut tidak terpenuhi maka orang tersebut tidak bisa
berbicara mengenai agama, akan tetapi hanya ada kecenderungan religius.
Didalam hubungan ini dapat kita pertanyakan
mengenai apakah sejumlah “isme” yang telah dikenal secara luas yaitu agama.
Jelasnya yaitu: Komunisme, Sekularisme, Nasionalisme, Kebatinan, kepercayaan
terhadap ratu adil dan lain-lain. Atas segala pertanyaan dari para sarjana
yakni Elisabeth Nothingham kemudian menjawab bahwa “isme-isme” yang ada diatas
bisa dimasukkan dalam kategori pengertian agama, tapi dengan catatan bahwa itu
semua bukanlah agama “supra-empiris”(Agama wahyu) akan tetapi itu hanyalah
“agama sekular”
d.
Menurut Nikolas Luhmann, bahwa aspek yang mesti
diperhatikan mengenai definisi agama adalah pada aspek fungsionalnya. Dia
melihat bahwa agama terutama menjadi sebagai suatu cara dengan memiliki nama
atas suatu fungsi yang khas dimana dimainkan didalam situasi evolusioner yang
dapat berubah secara terus menerus.
e.
Menurut Parsons dan Bellah, agama adalah suatu
tingkat yang paling tinggi dan terpaling umum dari kebudayaan manusia.
f.
Menurut Anthony F.C . Wallace bahwa agama
adalah sebagai perangkat upacara yang diberikan rasionalisasi melalui adanya
mitos dan menggerakkan sebuah kekuatan supranatural dengan memiliki maksud agar
dapat tercapainya perubahan kondisi pada alam semesta dan manusia.
g.
Menurut Luckmann bahwa agama adalah suatu
kemampuan organisme manusia agar bisa mengangkat alam biologisnya dapat melalui
pembentukan alam-alam maknawi yang objektif, mempunyai daya ikat moral dan
serba melingkupi.
Unsur-unsur agama
Menurut
Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa unsur pokok:[6]
·
Kepercayaan agama, yakni suatu prinsip yang
dianggap benar tanpa ada keraguan lagi
·
Simbol agama, yakni identitas agama yang dianut
umatnya.
·
Praktik keagamaan, yakni hubungan vertikal
antara manusia dan Tuhan-Nya, dan hubungan horizontal atau hubungan antarumat
beragama sesuai dengan ajaran agama
·
Pengalaman keagamaan, yakni berbagai bentuk
pengalaman keagamaan yang dialami oleh penganut-penganut secara pribadi.
·
Umat beragama, yakni penganut masing-masing
agama
Kemudian menurut Ajat Sudrajat, dkk(2008),
Unsur-unsur yang ada dalam sebuah agama:
1. Adanya keyakinan pada yang gaib.
2. Adanya kitab suci sebagai pedoman
3. Adanya rasul pembawanya.
4. Adanya ajaran yang bias dipatuhi.
5. Adanya upacara ibadah yang standar
Dapus
Buku Sosiologi Agama yang dikarang oleh Drs. D.
HendroPuspito, O.C. Penerbit Kanisius. Jakarta. 1983
Buku Islam, Kemodernan, dan Keindonesian yang
dikarang oleh Nurcholis Majid pada tahun 2008, Bandung. Penerbit PT mizan
pustaka.
Sudrajat Ajat, dkk. 2008. Din Al-Islam.
Yogyakarta: UNY press
[1]
Soerjono
Soekanto, Sosiologi; Suatu
Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers, 1987, hlm. 203
[2]
Ibid. Hlm. 204
[3]
Hendro Puspito. 1983. Sosiologi Agama. Jakarta:Karnisisus
[4]
Ibid
[5]
Nurcholis Majid. 2008. Islam, Kemodernan dan Keindonesiaan. Bandung: PT Mizan
Pustaka
[6]
https://id.wikipedia.org/wiki/Agama#Definisi_menurut_beberapa_ahli
No comments:
Post a Comment