Wednesday, June 25, 2014

dilarang melarang MEROKOK


Dilarang melarang merokok !!!!!!!!!!
 

                                  By: petruX-1585

Tuesday, June 24, 2014

guru dan dosen zaman sekarang PENGAJAR atau PENDIDIK ???

Apakah GURU dan DOSEN Pengajar atau Pendidik ???
   Sedangkan mereka sewaktu melihat mahasiswanya melanggar hukum atau bertindak yang tidak senonoh memperingati?
mungkin ada beberapa dari mereka (murid atau mahasiswa) yang memperingatinya (Hari GURU) tapi sangat jarang karna mereka sadar kalau guru atau dosen mereka hanya mengajarkan materi didalam kelas setelah itu guru atau dosen mereka merasa bahwa tugas mereka telah selesai padahal mereka harus  peduli terhadap apa yang di kerjakan mahasiswanya atau siswanya di luar sekolah atau di luar kampus tetapi pada kenyataannya mereka sama sekali tidak peduli akan hal itu, mereka hanya memikirkan bagaimana caranya mendapatkan uang atau gaji yang banyak, maka dari itu mereka lebih pantas di sebut sebagai seorang pengajar bukan seorang pendidik

teori kebenaran dalam ilmu pengetahuan


MAKALAH

TEORI KEBENARAN DALAM ILMU PENGETAHUAN
Diajukan kepada Dosen Pengampu H. Aunur Rofiq, Lc., M.A., Ph.D
Sebagai tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu











JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2013



BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang

Dalam perkembangan dunia filsafat terutama filsafat ilmu. Teori-teori kebenaran sangat penting dan berperan sekali terhadap mencari kebenaran tersebut di dalam suatu masalah pokok. Setiap kebenaran harus diserap oleh kebanaran itu sendiri serta pengetahuan tersebut, dari suatu hakikat kebenaran merupakan suatu obyek yang terus dikaji oleh manusia terutama para ahli filsuf, karena hakikat kebenaran ini manusia akan mengalami pertentangan batin yakni konflik psikologis.
Menurut para ahli filsafat, kebenaran cenderung bertingkat dan tingkatan tersebut bersifat hierarkis. Kebenaran yang satu di bawah keberatan yang lain serta tingkat kualitasnya ada kebenaran relatif, ada kebenaran mutlak (absolut). Ada kebenaran alami dan ada pula kebenaran ilahi, ada kebenaran khusus individual ada pula kebenaran umum universal.
Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran, beberapa cara ditempuh untuk memperoleh kebenaran antara lain menggunakan rasio seperti rasa nasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional, kejadian-kejadian yang berlaku di dalam itu dapat dimengerti.[1]
Sementara Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode  yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu (Knowledge) merujuk kepada kefahaman manusia terhadap sesuatu perkara, dimana ilmu merupakan kefahaman yang sistematik dan diusahakan secara sedar. Pada umumnya, ilmu mempunyai potensi untuk dimanfaatkan demi kebaikan manusia.
Ilmu adalah sesuatu yang membedakan kita dengan makluk tuhan lainya seperti tumbuhan dan hewan. Denagan ilmu kita dapat melakukan, membuat, menciptakan sesuatu yang membawa perbedaan yang lebih baik bagi kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan dimengerti sebagai pengetahuan yang diatur secara sistematis dan langkah-langkah pencapaianya dipertanggungjawabkan secara teoretis. Sehingga ilmu pengetahun sangat diperlukan bagi setiap manusia  untuk mencapai kemajuan dan perkembangan kehidupan manusia itu sendiri.[2]
Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas lebih mendalam tentang ilmu pengetahuan serta ukuran kebenaran dalam makalah ini. Pada intinya pembahasan tulisan ini dilatarbelakangi karena pentingnya bagi kita semua sebagai pelengkap pengetahuan tentang filsafat ilmu juga aktualisasinya dalam keseharian dengan menyesuaikan syari’at Islam.

2.      Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut:
a.       Apa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan dan ruang lingkupnya?
b.      Apa-apa saja teori yang berkaitan dengan kebenaran?
c.       Apakah hubungan antara teori kebenaran dan ilmu pengetahuan?

3.      Tujuan Pembahasan
Pembahasan ini bertujuan untuk:
a.       Mengetahui pengertian ilmu pengetahuan dan ruang lingkupnya
b.      Mengetahui teori-teori yang berkaitan dengan kebenaran
c.       Mengetahui hubungan antara teori-teori kebenaran tersebut dengan ilmu pengetahuan




BAB II
PEMBAHASAN

2.1. ILMU PENGETAHUAN
1.      Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan diambil dari kata bahasa Inggris sciene, yang berasal dari bahasa latin scientia dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari, meengetahui.
Pertumbuhan selanjutnya pengertian ilmu mengalami perluasan arti sehingga menunjuk pada segenap pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin dimengerti manusia. 
Pengertian ilmu pengetahuan adalah sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan kedalam bahasa yang bisa dimengerti oleh manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan mengingat tentang sesuatu. dalam kata lain dapat kita ketahui definisi arti ilmu yaitu sesuatu yang didapat dari kegiatan membaca dan memahami benda-benda maupun peristiwa.[3]
The Liang Gie (1987) (dalam Surajiyo, 2010) memberikan pengertian ilmu adalah rangkaian aktivitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman secara rasional empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginya, dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin dimengerti manusia.[4]
2.      Ciri-Ciri Ilmu Pengetahuan
Ciri persoalan pengetahuan ilmiah antara lain adalah persoalan dalam ilmu itu penting untuk segera dipecahkan dengan maksud untuk memperoleh jawaban. Dengan memiliki persoalan keilmuwan pada dasarnya masalah yang terkandung dalam ilmu adalah selalu harus merupakan suatu problema yang telah diketahui atau yang ingin diketahuinya, kemudian ada suatu penelaahan dan penelitian agar dapat diperoleh kejelasan dengan mengunakan metode yang relevan untuk mencapai kebenaran yang cocok dengan keadaan yang sesungguhnya. (Abbas Hamami Mintaredja,1980)(dalam Surajiyo, 2010).  
Ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah menurut The Liang Gie (1987) (dalam Surajiyo, 2010) mempunyai lima ciri pokok antara lain:
a.         Empiris, pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan.
b.          Sistematis, berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur;
c.         Objektif, ilmu  berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan kesukaan pribadi;
d.        Analitis, pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya kedala bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan peranan dari bagian-bagian itu;
e.         Verifikatif, dapat diperiksa kebenaranya  oleh siapapun juga. 
Adapun Van Melsen (1985) (dalam Surajiyo, 2010) mengemukakan ada delapan ciri yang menandai ilmu, yaitu sebgai berikut: 
a.         Ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang secara logis koheren. Itu berarti adanya sistem dalam penelitian (metode) maupun harus  (susunan logis).
b.         Ilmu pengetahuan tanpa pamrih, karena hal itu erat kaitannya dengan tangung jawab ilmuwan.
c.         Universal ilmu pengetahuan.
d.        Objektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh object dan tidak didistorsi oleh prasangka-prasangka subjektif.
e.         Ilmu pengetahuan harus dapat di verifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang bersangkutan, karena  itu ilmu pengetahuan harus dapat dikomunikasikan.
f.          Progresivitas, artinya suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah sungguh-sungguh, bila mengandung pertanyaan baru dan menimbulkan problem baru lagi.
g.         Kritis, artinya tidak ada teori yang definitif, setiap teori terbuka bagi suatu peninjauan kritis yang memanfaatkan data-data baru.
h.         Ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan kebertautan antara teori dengan praktis. 
Mohamad Hatta (dalam Surajiyo, 2010), mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukanya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam.
Demi objektivitas ilmu, ilmuwan harus bekerja dengan cara ilmiah. Sifat ilmiah dalam ilmu dapat diwujudkan, apabila dipenuhi syarat-syarat yang intinya adalah:
a.         Ilmu harus menpunyai objek, ini berarti bahwa kebenaran yang hendak diungkapkan dan dicapai adalah persesuaian antara pengetahuan dan objeknya. 
b.         Ilmu harus mempunyai metode, ini berarti bahwa untuk mencapai kebenaran yang objektif, ilmu tidak dapat bekerja tanpa metode yang rapi.
c.         Ilmu harus sistematik, ini berarti bahwa dalam memberikan pengalaman, objeknya dipadukan secara harmonis sebagai suatu kesatuan yang teratur.
d.        Ilmu bersifat universal, yaitu kebenaran yang diungkapkan oleh ilmu tidak mengenai sesuatu yang bersifat khusus, melainkan kebenaran berlaku umum. (Hartono Kasmadi,dkk, 1990, hlm 8-9) (dalam Surajiyo, 2010).

3.      Jenis – Jenis Pengetahuan
Menurut Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta (dalam Surajiyo, 2010) ada empat jenis pengetahuan, yakni:
1. Pengetahuan biasa, yaitu pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan common sense, dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang memiliki sesuatu dimana orang itu menerima secara baik. Semua orang menyebutnya sesuatu itu biru karena memang itu biru, dan juga benda itu dingin karena memang dirasakan dingin, dan sebagainya.
2. Pengetahuan ilmiah, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science. Dalam pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam. Ilmu dapat merupakan suatu metode berpikir secar objektif, tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makana terhadap dunia factual.
3. Pengetahuan Filsafat, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari suatu pemikiran. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Kalau ilmu hanya pada satu bidang pengetahuan yang sempit dan rigid, filsafat membahas hal yang lebih luas dan mendalam. Filsafat biasanya memberikan pengetahuan yang reflektif dan kritis.
4. Pengetahuan Agama, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari Tuhan lewat Rasul-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama. Pengetahuan ini mengandung hal-hal yang pokok yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan Tuhan dan cara berhubungan dengan sesama manusia. Dan yang lebih penting dari pengetahuan ini disamping informasi tentang Tuhan, juga informasi tentang hari Akhir.


4.      Keragaman Ilmu Pengetahuan 
Kumpulan pernyataan ilmuwan mengenai suatu objek yang memuat pengetahuan ilmiah oleh The Liang Gie (dalam Surajiyo, 2010) mempunyai 4 bentuk:
a.         Deskripsi Ini merupakan kumpulan pernyataan bercorak deskrptif dengan memberikan mengenai bentuk, susunan, peranan, dan hal-hal terperinci lainnya dari fenomena yang bersangkutan. Bentuk ini umumnya terdapat pada cabang-cabang ilmu khusus yang terutama bercorak deskriptif seperti misalnya ilmu antonomi atau ilmu geografi.
b.         Perspektif  Ini merupakan kumpulan corak pernyataan bercorak preskriptif dengan memberikan petunjuk atau ketentuan mengenai apa yang perlu berlangsung atau sebaiknya dilakukan dengan hubungannya dengan objek sederhana. Bentuk ini dapat dijumpai dalam cabang-cabang ilmu sosial misalnya, ilmu pendidikan yang memuat petunjuk cara mengajar yang baik dalam kelas.
c.         Eksposisi pola Bentuk ini merangkum pernyataan yang memaparkan pola dalam sekumpulan sifat, ciri, kecenderungan, atau proses lainnya dari fenomena yang ditelaah. Misalnya dalam antropologi dapat dipaparkan dalam kebudayaan berbagai suku bangsa atau dalam sosiologi dibeberkan pola perubahan masyarakat pedesaan menjadi masyarakat perkotaan.
d.        Rekontroksi historis Bentuk ini merangkum pernyataan yang berusaha mengambarkan atau menceritakan dengan penjelasan atau alasan yang diperluakan pertumbuhan sesuatu hal pada masa lampau yang jauh baik secara ilmiah atau karena campurtangan manusia.

2.2. Teori-Teori Kebenaran
1.      Definisi Kebenaran
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang ditulis oleh Purwadarminta ditemukan arti kebenaran, yakni:
a.       Keadaan (hal dan sebagainya) yang benar (cocok dengan hal atau keadaan yang sesungguhnya).
b.      Sesuatu yang benar (sungguh-sungguh ada, betul-betul demikian halnya dan sebagainya).
c.       Kejujuran atau kelurusan hati.
d.      Selalu izin; perkenanan.
Sedangkan kebenaran pengetahuan dapat diartikan sebagai persesuaian antara pengetahuan dengan objeknya. Yang terpenting untuk diketahui adalah bahwa persesuaian yang dimaksud sebagai kebenaran adalah merupakan pengertian kebenaran yang immanen yakni kebenaran yang tetap tingal didalam jiwa dalam kata lain adalah keyakinan. 
Menurut Endang Saifuddin Anshari dalam bukunya Ilmu, Filsafat dan Agama menulis bahwa agama dapat diibaratkan sebagi suatu gedung besar perpustakaan kebenaran.
Di dalam pembicaraan mengenai "kepercayaan" dapat disimpulkan bahwa sumber kebenaran adalah Tuhan. Manusia tidak dapat hidup dengan benar hanya dengan kebenaran- kebnaran pengetahuan, ilmu dan filsafat, tanpa kebenaran agama.  
2.      Sifat Kebenaran
Berbagai kebenaran dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta (dalam Surajiyo, 2010) dibedakan menjadi tiga hal, yakni sebagai berikut: Kebenaran yang pertama berkaitan dengan kualitas pengetahuan. Artinya ialah bahwa setiap pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang mengetahui suatu objek ditilik dari jenis pengetahuan yang dibangun.
Maksudnya pengetahuan itu meliputi: pengetahuan biasa, pengetahuan ilmiah, pengetahuan filsafat, dan pengetahuan agama. Kebenaran pengetahuan yang kedua berkaitan dengan sifat atau karakteristik dari bagaiman cara atau dengan alat apakah seseorang membangun pengetahuannya itu.
Apakah membangunnya dengan penginderaan atau akal pikirnya, atau rasio, intuisi, atau keyakinan. Kebenaran pengetahuan yang ketiga adalah nilai kebenaran pengetahuan yang dikaitkan atas ketergantunan terjadinya pengetahuan itu. Artinya bagaimana relasi atau hubungan antar subjek dan objek.  

3.      Teori Kebenaran
Menurut Michael Williams terdapat 5 teori kebenaran, yaitu: Kebenaran Koherensi, Kebenaran Korespondensi, Kebenaran Performatif, Kebenaran Pragmatik, dan Kebenaran Proposisi.
a.         Kebenaran Koherensi Sesuatu yang koheren dengan sesuatu yang lain berarti ada kesesuaian atau keharmonisan dengan sesuatu yang memiliki hirarki lebih tinggi, hal ini dapat berupa skema, sisitem, atau nilai.
b.         Kebenaran Korespondensi Berfikir benar korespondensi adalah berfikir tentang terbuktinya sesuatu itu relevan dengan sesuatu yang lain. Korespondensi relevan dibuktikan adanya kejadian sejalan atau berlawanan arah antara fakta dengan fakta yang diharapkan (positifisme), antara fakta dengan belief yang diyakini, yang sifatnya spesifik.
c.         Kebenaran Performatif Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam tampilan aktual dan menyatukan apapun yang ada dibaliknya, baik yang praktis, yang teoritik, maupun yang filosofik. Orang yang mengetengahkan kebenaran tampilan aktual yang disebut dengan kebenaran performatif tokoh penganut ini antara lain Strawson (1950) dan Geach (1960) sesuatu sebagai benar biladapat diaktualkan dalam tindakan.
d.        Kebenaran Pragmatik Perintis teori ini adalah Charles S. Pierce. Yang benar adalah yang konkret, yang individual, dan yang spesifik, demikian James Deweylebih lanjut menyatakan bahwa kebenaran merupakan korespondensi antara ide dengan fakta, dan arti korespondensi menurut Dewey adalah kegunaan praktis.
e.         Kebenaran Proposisi Sesuatu kebenaran dapat diperoleh bila proposisi- proposisinya benar dalam logika Aristoteles, proposisi benar adalah bila sesuai dengan persyaratan formal suatu proposisi.  Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi banyak konsep kompleks.
Descartes merumuskan pedoman penyelidikan supaya orang jangan tersesat dalam usahanya mencapai kebenaran sebagai berikut: Pertama, jangan menerima kebenaran itu begitu saja tanpa ada bukti yang kuat. Kedua, rincilah setiap kesulitan sesempurna mungkin dan carilah jawaban secukupnya. Ketiga, aturlah pikiran dan pengetahuan sedemikian rupa, dimulai dari yang paling rendah dan sederhana, kemudian meningkat dari sedikit, setapak demi setapak untuk mencapai pengetahauan yang lebih sukar dan lebih ruwet. Keempat, buatlah pengumpulan fakta sebanyak-banyaknya dan selengkap-lengkapnya dan seumum-umumnya hingga menyeluruh.[5]




BAB III
PENUTUP

Dari pembahasan materi tentang ilmu pengetahuan dan ukuran kebenaran dapat disimpulkan bahwa ilmu, pengetahuan dan kebenaran mempunyai keterkaitan dan saling berhubungan dan tidak dapat dipisahakan. Ilmu dan pengetahuan yang di dapat hanya untuk mencari sebuah kebenaran, dan kebenaran yang mutlak itu hanya dari Tuhan yang harus diyakini. Meskipun demikian dalam kehidupan perlu mengakui eksistensi dan fungsi kebenaran-kebenaran yang lainnya, yang bersesuaian atau tidak betentangan dengan agama (kebenaran mutlak).



Daftar Pustaka

Surajiyo. 2010. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi     Aksara.
Syam, Muhammad Noor. 1988. Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional
Bertens, K. 1976. Ringkasan Sejarah Filsafat. Jakarta: Yayasan Krisius
Sumantri Surya. 1994. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan



[1] http://nur-alqalbi.blogspot.com/2013/03/teori-teori-kebenaran-korespondensi.html, diunduh pada tanggal 11 November 2013 pukul 10.00 WIB
[3] Surajiyo. 2010. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Hal : 13-14
[4] Ibid, hal 15
[5] Ibid, hal : 45